Bolehkah meninggalkan amalan sunnah dalam rangka membedakan diri dari ahlu bid'ah? Apakah benar pernyataan, lebih baik wajahnya terbuka (tak pakai cadar) daripada lengan atau tumitnya yg tampak?

Posted On // Leave a Comment

Bolehkah meninggalkan amalan sunnah dalam rangka membedakan diri dari ahlu bid'ah? Apakah benar pernyataan, lebih baik wajahnya terbuka (tak pakai cadar) daripada lengan atau tumitnya yg tampak?

PERTANYAAN

Assalamu'alaikim, ustadz mau bertanya.

1. Bolehkah kita meninggalkan amalan sunnah dalam rangka membedakan diri dari ahlu bid'ah, karena amalan tersebut banyak diakukan ahli bid'ah?
Contoh :

A. kita tidak ikut mengangkat tangan ketika qunut witir di pertengahan ramadhan hingga akhir ramadhan.

B. Banyak ahli bid'ah yg shalat tarawih 23 rakaat, maka kita  sesisihi dg tarawih 11 rakaat.

C. Misal ahli bid'ah dzikir bada sholat 33 x tasbih, 33 tahmid, 33 takbir, kita selisihi dg 25 tasbih, 25 tahmid, 25 takbir, 25 tahlil.

2. Apakah benar pernyataan, lebih baik wajahnya terbuka (tak pakai cadar) daripada lengan atau tumitnya yg tampak. Karena kalau wajah ada khilaf, tapi kalau tangan dan tumit tak ada khilaf (wajib tertutup).
Barakallahu fiikum..

JAWABAN

Waalaikumussalam warahmatullahi wabarokaatuh.

1) Patokan menjalankan atau meninggalkan suatu amalan adalah dalil. Jika amalan itu ada dalilnya yg shahih dan shorih (tegas) dgn pemahaman para Sahabat Nabi, maka lakukanlah. Tanpa melihat keadaan orang lain. Jika ternyata itu bid'ah, maka tinggalkanlah.

2) Patokannya bukanlah khilaf atau tidak khilaf. Amalkan sesuai dgn yg kita yakini berdasarkan hujjah yg sampai pada kita.

______
Ustadz Kharisman hafizhahullah

0 komentar:

Posting Komentar