Fiqh Bersuci: Berwudhu (bag ke-1)

Posted On // Leave a Comment

💐📝Fiqh Bersuci: Berwudhu (bag ke-1)

Seseorang yang berwudhu’ namun di Dalam Kamar Mandi, Apakah Tetap MengucapkanTasmiyah (Bismillah)?

Jawab : Hendaknya mengucapkan bismillah dalam hati tidak diucapkan dengan lisan (Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin)

Apakah Rukun-rukun Wudhu’ ?

Jawab : Rukun-rukun wudhu’ adalah perbuatan dalam wudhu’ yang jika ditinggalkan dengan sengaja atau lupa, maka wudhu’nya batal. Rukun dalam wudhu’ bisa juga disebut kewajiban dalam wudhu’. Rukun wudhu’ ada 6 :

1. Mencuci wajah, termasuk berkumur (al-madhmadhah) dan memasukkan air ke dalam hidung (al-istinsyaq) serta mengeluarkannya.

...فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ...

“...cucilah wajah kalian...(Q.S al-Maidah: 6)

إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ

“Jika kalian berwudhu’, maka berkumurlah (H.R Abu Dawud)

إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَنْشِقْ بِمَنْخِرَيْهِ مِنْ الْمَاءِ ثُمَّ لِيَنْتَثِرْ

“Jika salah seorang dari kalian berwudhu’, maka hiruplah air ke dalam dua rongga hidung, kemudian keluarkanlah (H.R Muslim)

2. Mencuci kedua tangan termasuk siku.

وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ…

“…dan (cucilah) kedua tangan kalian termasuk siku…”(Q.S al-Maidah:6)

3. Mengusap kepala dan telinga.

...وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ...

...”dan usaplah kepala kalian...(Q.S al-Maidah:6)

الْأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ

“Kedua telinga adalah termasuk kepala” (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Ibnu Daqiiqil ‘Ied)

4. Mencuci kedua telapak kaki termasuk mata kaki.

وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ…

…”dan cucilah kedua kaki kalian termasuk mata kaki…(Q.S al-Maidah:6)

5. Berurutan, sebagaimana urutan penyebutan dalam al-Qur’an.

لَا تَتِمُّ صَلَاةُ أَحَدِكُمْ حَتَّى يُسْبِغَ الْوُضُوءَ كَمَا أَمَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَيَغْسِلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ وَيَمْسَحَ بِرَأْسِهِ وَرِجْلَيْهِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

“Sesungguhnya tidaklah sempurna sholat salah seorang dari kalian sampai ia menyempurnakan wudhu’nya sebagaimana Allah Azza Wa Jalla perintahkan. ia cuci wajah dan kedua tangannya sampai siku dan mengusap kepalanya dan (mencuci) kedua kaki sampai mata kaki (H.R Abu Dawud, anNasaai, Ibnu Majah)

6. Al-Muwaalah, yaitu tidak ada jeda yang lama antara satu rukun ke rukun berikutnya.

عَنْ خَالِدٍ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلًا يُصَلِّ وَفِي ظَهْرِ قَدَمِهِ لُمْعَةٌ قَدْرُ الدِّرْهَمِ لَمْ يُصِبْهَا الْمَاءُ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعِيدَ الْوُضُوءَ وَالصَّلَاةَ

Dari Kholid dari sebagian Sahabat Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bahwa Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah melihat seseorang sholat sedangkan pada punggung telapak kakinya terdapat (sedikit) kilauan putih seukuran dirham yang tidak terkena air. Maka kemudian Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam menyuruhnya untuk mengulangi wudhu’ dan sholat (H.R Ahmad dan Abu Dawud)

Apakah Sunnah-Sunnah dalam Wudhu’ ?

Jawab : Sunnah-sunnah dalam wudhu’ adalah perbuatan dalam wudhu’ yang akan semakin menyempurnakan wudhu’, menyebabkan pahala bertambah, namun tidak sampai taraf wajib. Kalaupun ditinggalkan, tidak menyebabkan wudhu’nya batal. Sunnah –sunnah wudhu’ adalah :

1. Mengucapkan bismillah di permulaan wudhu’

2. Bersiwak (sikat gigi) sebelum atau setelah wudhu’

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ

“Kalaulah tidak memberatkan umatku, niscaya akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak bersamaan dengan wudhu’ (H.R Malik,  Ahmad, anNasaai).

3. Mencuci kedua telapak tangan 3 kali di permulaan wudhu’

4. Bersungguh-sungguh ketika memasukkan air ke dalam hidung, kecuali pada saat berpuasa

وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

“dan bersungguh-sungguhlah ketika menghirup air ke hidung, kecuali jika engkau berpuasa”(H.R Abu Dawud, dishahihkan alHakim dan disepakati adz-Dzahaby)

5. Menyela-nyela jari ketika mencuci tangan dan kaki serta menyela-nyela jenggot

... وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ...

“dan sela-selailah antara jari jemari...(H.R Abu Dawud)

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُخَلِّلُ لِحْيَتَهُ

Dari Utsman bin Affan -radhiyallahu ‘anhu- bahwa Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam menyela-nyela jenggotnya (ketika berwudhu’)(H.R atTirmidzi)

6. Mencuci anggota tubuh yang harus dicuci (wajah, tangan, dan kaki) 3 kali. 

Pada dasarnya, semua rukun-rukun wudhu’ wajib dilaksanakan minimal sekali. Jika dilakukan 3 kali seperti pada hadits-hadits yang telah disebutkan, akan semakin menyempurnakan wudhu’, bertambah pahalanya.

7. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: - كَانَ اَلنَّبِيُّ - صلى الله عليه وسلم - يُعْجِبُهُ اَلتَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ, وَتَرَجُّلِهِ, وَطُهُورِهُ, وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ

Dari Aisyah -radliyallaahu ‘anha- beliau berkata : Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam menyukai mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, bersisir, bersuci, dan pada setiap urusan (yang baik)(Muttafaqun ‘alaih)

8. Hemat dalam penggunaan air

عَنْ أَنَس بْنِ مَالِكٍ :  كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ, وَيَغْتَسِلُ بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ

Dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam berwudhu’ dengan 1 mud dan mandi dengan 1 sha’ sampai 5 mud (Muttafaqun ‘alaih)

Ukuran 1 mud adalah sekitar 0,5 sampai 0,75 liter. Sedangkan 1 sha’ adalah 4 mud.

9. Berdoa setelahnya.

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ أَوْ فَيُسْبِغُ الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

Dari Umar -radliyallaahu ‘anhu- beliau berkata: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : Tidaklah seseorang berwudhu’ dan menyempurnakan wudhu’nya, kemudian berdoa : “Asy-hadu an laa ilaaha illallaah wa anna muhammadan abdullahi wa rosuuluh “ kecuali akan dibukakan untuknya pintu surga yang delapan, dan ia bisa masuk melalui pintu mana saja yang dikehendakinya (H.R Muslim) 

("Fiqh Bersuci dan Sholat, Abu Utsman Kharisman, Penerbit Cahaya Sunnah Bandung)

💡💡📝📝💡💡

WA al I'tishom

0 komentar:

Posting Komentar