APA YANG HARUS DILAKUKAN SEORANG YANG MEMBACA AL-QURAN KETIKA KEHABISAN NAFASNYA

Posted On // Leave a Comment

APA YANG HARUS DILAKUKAN SEORANG YANG MEMBACA AL-QURAN KETIKA KEHABISAN NAFASNYA

📀Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah

Pertanyaan:
Saya shalat di belakang salah seorang imam lalu dia membaca firman Allah ta'ala:

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ [الأنعام:102]

Lalu diam kemudian dia mulai dari

هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ [الأنعام:102]

Sehingga menjadi ganjalan dalam diri saya karenanya. Lalu saya katakan kepadanya sesungguhnya lafadh هو mengikuti kalimat yang sebelumnya karena sebagai penetap untuk suatu yang ditiadakan sebab firman-Nya لا إله إلا هو tidak mengikuti kalimat setelahnya. Namun dia tetap di atas pendapatnya dan beralasan ini adalah bacaan salah seorang qura' yang masyhur. Maka apa perkataan yang menjelaskan tentang perkara itu?

Jawaban:
Perkataan penjelasnya: bahwa bacaan-bacaan al-Quran tidaklah disebutkan hanya dengan sekedar seseorang mengungkapkan dari dirinya meskipun dengan batil . Sehingga tidak mungkin seorang pun menambahi sedikitpun dalam al-Quran. Berdasarkan ucapan imam tersebut maka ayat

ذلكم الله ربكم لا إله إلا هو

menjadi

هو خالق كل شيء

Sehingga lafadh هو terulang dua kali dan ini adalah kesalahan yang besar. Namun yang tampak bagiku bahwa orang ini jahil (tidak tahu) tentang seorang yang  memperdengarkan bacaannya ketika sampai pada firman Allah ta'ala:

لا إله إلا هو

napasnya habis kemudian dia mengulanginya dengan mengucapkan

هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ [الأنعام:102]
adalah sebuah kesalahan.

Jadi meskipun kehabisan napas, maka yang  semestinya bagi seseorang ketika habis napasnya, dia memulainya dari tempat dia berhenti.

Adapun yang dilakukan sebagian orang sekarang ketika napasnya habis, dia mulai membaca dari akhir kalimat kemudian kalimat selanjutnya dengan beralasan, akhir kalimat kadang terkait dengan kalimat sebelumnya maka bacalah apa yang sebelumnya. Karena yang ada sebelum kalimat baru menjadi berhubungan dengan kalimat sebelumnya. Sehingga ketika itu wajib baginya mengulang ayat lagi.

Berdasarkan hal ini kami berpendapat: BAHWASANNYA SESESORANG BILA NAPASNYA HABIS KARENA DARURAT MAKA DIA MEMULAINYA DARI TEMPAT DIA KEHABISAN NAPAS DAN TIDAK PERLU MENGULANG KALIMAT YANG SEBELUMNYA.

Jadi yang perlu dipahami: bahwasannya ayat tersebut tidak ada padanya lafadh هو sebanyak dua kali, akan tetapi sekali yaitu هو yang berada setelah إلا seperti yang Anda nyatakan menetapkan untuk Allah ta'ala sebagai Maha pencipta satu-satunya.

📀Liqa' al-Bab al-Maftuh 113

📁http://bit.ly/Al-Ukhuwwah

ما يلزم القارئ فعله عند انقطاع نفسه
السؤال: صليت وراء أحد الأئمة فقرأ قول الله تعالى: ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ [الأنعام:102] فسكت ثم استأنف: هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ [الأنعام:102] فصار في نفسي شيء من هذا, فقلت له: إن لفظ (هو) تابع للتي قبلها؛ لأنها إثبات للنفي لأنه قال: لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ , وليست تابعة للتي بعدها, فأصر على كلامه وقال: هذه قراءة لأحد القراء المشهورين، فما القول الفصل في ذلك؟الجواب: القول الفصل: أن القراءات لا تأتي بمجرد أن يدافع الإنسان عن نفسه ولو بباطل, فلا يمكن أن يزيد أحد في القرآن شيئاً, وعلى كلامه تكون الآية: (ذلكم الله ربكم لا إله إلا هو) (هو خالق كل شيء) فتكون (هو) مكررة مرتين, وهذا خطأ عظيم, لكن الظاهر لي أن هذا رجل جاهل, وأن القارئ الذي سمعه لما وصل إلى قوله تعالى: لا إِلَهَ إِلَّا هُوَ انقطع نفسه, ثم أعاد فقال: هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ [الأنعام:102] وهذا خطأ، حتى وإن انقطع النفس فالذي ينبغي للإنسان إذا انقطع نفسه أن يبدأ من حيث وقف, وأما ما يفعله بعض الناس الآن إذا انقطع نفسه ذهب يقرأ آخر جملة ثم استمر, فيقال: آخر جملة قد تكون مرتبطة بما قبلها فاقرأ ما قبلها, ثم الذي قبلها يكون مرتبط بالذي قبلها, وحينئذٍ يلزمه أن يعيد الآية من جديد. لهذا نرى: أن الإنسان إذا انقطع نفسه فقد انقطع نفسه عن ضرورة فيبدأ من حيث انقطع, ولا حاجة لإعادة الجملة التي قبل.فالمهم: أن الآية ليس فيها (هو) مرتين, بل هي مرة واحدة و(هو) التي وقعت بعد (إلا) كما قلت إثبات لكون الله تعالى هو الخالق وحده.

0 komentar:

Posting Komentar