KESESATAN AQIDAH WIHDATUL WUJUD ▪ Manunggaling Kawula Gusti (Bag-1)

Posted On // 1 comment
KESESATAN AQIDAH WIHDATUL WUJUD
▪ Manunggaling Kawula Gusti (Bag-1)
----------------------------------------

🎋 Kesesatan kaum sufi meyakini adanya ilmu laduni, maka pada terminal akhir, mereka akan merasa sampai pada tingkatan fana’ (melebur/menyatu dengan Dzat Allah). Sehingga ia memiliki sifat-sifat laahuut (ilahiyyah= ketuhanan) dan naasuut (insaniyyah= kemanusiaan). Menurut mereka, secara lahir ia bersifat insaniyyah namun secara batin ia memiliki sifat ilahiyyah.


✅ Maha suci Allah dari apa yang mereka yakini!!. Aqidah ini populer di tengah masyarakat kita dengan istilah manunggaling kawula gusti. Munculnya aqidah rusak ini bukanlah sesuatu yang baru lagi di zaman sekarang ini dan bukan pula isapan jempol dan tuduhan semata. Bukti adanya Aqidah ini dalam tubuh kaum Sufi Hal ini dapat dilihat dari ucapan para tokoh legendaris dan pendahulu sufi seperti al-Hallaj, Ibnul Faridh, Ibnu Sabi’in, Ibnu Arabi dan masih banyak lagi yang lainnya dalam karya-karya mereka. Cukuplah apa yang kami sajikan di bawah ini sebagai saksi atas keberadaan aqidah ini pada kaum sufi.

1⃣ Al-Hallaj berkata:“Maha suci Dia yang telah menampakkan sifat naasuut (insaniyyah)-Nya lalu muncullah kami sebagai laahuut (ilahiyah)-Nya. Kemudian Dia menampakkan diri kepada makhluk-Nya dalam wujud orang yang makan dan minum, sehingga makhluk-Nya dapat melihat-Nya dengan jelas seperti pandangan mata dengan pandangan mata.
”(ath-Tha-waasin, hal. 129)
Ia juga berkata:“Aku adalah Engkau (Allah) tanpa adanya keraguan lagi. Maha suci Engkau Maha suci aku. Mengesakan Engkau berarti mengesakan aku Kemaksiatan kepada-Mu adalah kemaksiatan kepadakuMarah-Mu adalah marahku Pengampunan-Mu adalah pengampun-anku “.
(Diwanul Hallaj, hal. 82)
Di tempat lain ia berkata:“Kami adalah dua ruh yang menitis jadi satu. Jika engkau melihatku berarti engkau melihat-NyaDan jika engkau melihat-Nya berarti yang engkau lihat adalah kami”(ath-Thawaasin, hal. 34)

2⃣ Ibnu Faridh berkata dalam syairnya: Tidak ada shalat kecuali hanya untukku. Dan shalatku dalam setiap raka’at bukanlah untuk selainku.
(Tanbih al-Ghabi fi Takfir Ibnu Arabi, hal.64)

3⃣ Abu Yazid al-Busthami berkata:”Paling sempurnanya sifat seseorang yang telah mencapai derajat ma’rifat adalah adanya sifat-sifat Allah pada dirinya. (Demikian pula) sifat ketuhanan ada pada dirinya.”
(an-Nuur Min Kalimati Abi Thaifut, hal. 106 karya Abul Fadhl al-Falaki)
Akhirnya dia pun mengungkapkan keheranannya dengan berujar:“Aku heran kepada orang-orang yang mengaku mengenal Allah, bagaimana mereka bisa beribadah kepada-Nya?!”Lebih dari itu dia menuturkan pula aqidah ini kepada orang lain tatkala seseorang datang dan mengetuk rumahnya. Dia bertanya:“Siapa yang engkau cari?”Orang itu menjawab:“Abu Yazid.”Dia pun berkata:“Pergi! Tidaklah yang ada di rumah ini kecuali Allah.”(an-Nuur, hal. 84)
Dia pernah ditanya pula tentang perihal tasawuf, maka dia menjawab:“Sifat Allah telah dimiliki oleh seorang hamba”.Aqidah Manunggaling Kawula Gusti ini telah membawa kaum sufi pada keyakinan yang lebih rusak yaitu wihdatul wujud. Menurut ajaran ini tidak ada wujud kecuali Allah itu sendiri, tidak ada dzat lain yang tampak dan kelihatan ini selain dzat yang satu, yaitu dzat Allah.

4⃣ Ibnu Arabi berkata:“Tuhan itu adalah hamba dan hamba adalah Tuhan. Duhai kiranya, kalau demikian siapa yang di bebani syariat? Bila engkau katakan yang ada ini adalah hamba, maka hamba itu mati atau (bila) engkau katakan yang ada ini adalah Tuhan lalu mana mungkin Dia dibebani syariat? “
(Fushulul Hikam, hal. 90)

5⃣ Penyair sufi bernama Muhammad Baharuddin al-Baithar berkata:“Anjing dan babi tidak lain adalah Tuhan kami Allah itu hanyalah pendeta yang ada di gereja”.
(Suufiyat, hal. 27)

🚧 Syubhat-syubhat kaum Sufi dalam menopang aqidah ini jika diperhatikan sepintas terhadap ucapan-ucapan di atas, orang awam sekalipun mampu menolak atau bahkan mengutuk aqidah mereka ini dengan sekedar memakai fitrah dan akalnya yang sehat.

▪Namun, bagaimana kalau ternyata kaum Sufi membawakan beberapa dalil baik dari al-Qur’an maupun as-Sunnah yang seakan-akan menunjukkan bahwa aqidah Manunggaling Kawula Gusti benar-benar diajarkan di dalam agama ini,
tentunya menurut persangkaan mereka❓❗❓

✅ Mampukah orang tersebut membantah ataukah sebaliknya, justru tanpa terasa dirinya telah digiring pada pengakuan aqidah ini ketika mendengar dalil-dalil tersebut❓

✅ Di antara syubhat yang mereka jadikan dalil adalah kesalahpahaman mereka terhadap:
1⃣ Firman Allah subhanahu wa Ta’ala:…وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ…
Dan Dia (Allah) bersama kalian dimana kalian berada.(al-Hadiid: 5)

2⃣ Firman Allah subhanahu wa Ta’ala:وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ.
Dan Kami lebih dekat kepadanya (hamba) daripada uratlehernya sendiri.(Qaaf: 16)

3⃣ Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Qudsi:…وَمَا يَزَالٌ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ  إِلَيَّ باِلنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرُهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِيْ بِهَا… رواه البخاري“…
Dan senantiasa hamba-Ku mendekat-kan diri kapada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sampai Aku pun mencintainya. Bila Aku mencintainya, maka jadilah Aku sebagai telinganya yang dia mendengar dengannya, mata yang dia melihat dengannya, tangan yang dia memegang sesuatu dengannya, dan kaki yang dia berjalan dengannya…!!!
(HR. Bukhari)
🔎 Bersambung....

📝 Ditulis Oleh:
Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed Hafizhahullah

📱Sumber:
🌏 http://salafycirebon.com/manunggaling-kawula-gusti-wihdatul-wujud.htm
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
أصحاب السنة
📕👍📗👍📘
🌠 Ashhaabus Sunnah💫
____________________________
📲Turut memublikasikan ⇲
۞ مجموعة الاستقامة ۞

1 komentar: