TAWADHU'
Memang menyejukkan membaca biografi para ulama'. Derita dan peluh kepayahan saat menjalani hari-hari thalabul ilmi berkurang bahkan sirna dengan membaca biografi mereka. Pun begitu, membaca biografi mereka dapat menimbulkan efek iman yang dahsyat, menambah keimanan yang sebelumnya sudah ada.
Berikut adalah secuplik kisah salah seorang ulama di masa kini. Hidup beliau tidak terpaut jauh dengan masa kita. Dan sengaja penulis pilihkan kisah ulama masa kini, agar tidak ada yang beralasan, "ZAMAN KITA KAN BUKAN ZAMAN PARA SALAF! JADI SUSAH UNTUK MENCONTOH PARA SALAF."
Beliau adalah Yang Mulia asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu Syaikh. Beliau adalah mufti umum Kerajaan Arab Saudi sebelum Syaikh Bin Baz. Sama seperti Syaikh Bin Baz, beliau buta matanya. Meskipun begitu, mata hati beliau terbuka, sehingga beliau bagaikan matahari yang memberikan kehidupan untuk alam semesta.
Beliau begitu bersahaja di mata setiap orang, di mata para penguasa sekalipun. Namun kedudukan tinggi di mata setiap orang tidak membuat beliau jemawa. Beliau sangat tawadhu' dan rendah hati, sampai-sampai dikisahkan beliau tidak pernah menyebut diri beliau dengan Syaikh dan tidak pernah pula menggunakan kalimat "MUFTI" saat bersosialisasi dengan siapa pun.
Kecuali hanya sekali. Saat Syaikh hendak menyambut tamu agung nan shalih. Syaikh ingin menyambut tamunya bagaikan raja, namun tanpa berlebih-lebihan. Beliau menelpon sebuah hotel. Syaikh memperkenalkan diri dan menyebut nama beliau 'Muhammad bin Ibrahim' untuk menyewa kamar. Sayang, sang resepsionis tak mengenal nama itu. Beliau mencoba mengulangi lagi dan menambahnya agar lebih jelas 'Muhammad bin Ibrahim alu Syaikh'. Tetap saja si resepsionis tak mengenal. Disebutkan bahwa si resepsionis seorang berkebangsaan Mesir dan mungkin belum lama bekerja di Arab Saudi. Dengan sabar Syaikh mengulang-ngulang nama itu, walaupun si resepsionis tetap saja tak mengenal.
Karena waktu beliau juga padat, dengan sedikit menahan marah, beliau berkata: MUFTI!!
Barulah si resepsionis mengenali beliau. Setelah menutup telponnya, Syaikh berucap, "Semoga Allah memberinya hidayah. Haruskah aku menggunakan kata itu!?"
Artinya, beliau tidak suka berinteraksi harus menggunakan jabatannya. Semoga Allah meridhai beliau.
📚Syadzarat al-Balatin
TAWADHU
Labels:
akhlaq
0 komentar:
Posting Komentar