Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
العالِمُ بما جاء به الرّسولُ ﷺ العامِلُ به، أطوعُ في أهلِ الأرضِ مِن كلِّ أحدٍ؛ فإذا ماتَ أحيا اللهُ ذِكرَه، ونشرَ له في العالمين أحسنَ الثّناء. فالعالِمُ بعد وفاته ميتٌ، وهو حيٌّ بين النّاسِ، والجاهِلُ في حياتِه حيٌّ، وهو مَيتٌ بين النّاسِ.
ومَن تأمَّل أحوالَ أئمَّةِ الإسلامِ، كأئمَّةِ الحديثِ والفِقه، كيف هُم تحت التُّرابِ، وهم في العالَمين كأنّهم أحياءٌ بينهم، لم يَفْقِدُوا منهم إلّا صُوَرَهم، وإلّا فذِكرُهم وحديثُهم والثّناءُ عليهم غيرُ مُنقطعٍ. وهذه هي الحياةُ حقّاً.
Seorang alim yang mengetahui ajaran Rasul ﷺ dan mengamalkannya adalah orang yang paling ditaati di muka bumi ini.
Maka ketika ia meninggal, Allah menghidupkan kembali sebutannya, menyebarkan pujian terbaik baginya di seluruh dunia.
Seorang alim setelah wafatnya memang mati, tetapi ia tetap hidup di tengah manusia.
Sementara orang yang jahil (bodoh) dalam kehidupannya tampak hidup, tetapi sebenarnya ia mati di antara manusia.
Barang siapa yang merenungkan keadaan para imam Islam, seperti para imam hadits dan fikih, bagaimana mereka berada di dalam kubur, tetapi di dunia mereka seakan masih hidup, manusia hanya kehilangan jasad mereka saja. Namun, sebutan mereka, hadits-hadits mereka, serta pujian terhadap mereka tidak pernah terputus. Inilah kehidupan yang sejati.
Miftahu Daris Sa'adah (1/387)
____
🛜 https://t.me/alistifadah
🔘https://t.me/dr_elbukhary/3999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar