Tafsir Surat Al ‘Alaq

Posted On // Leave a Comment
Tafsir Surat Al ‘Alaq
            Surat ini terdiri dari 19 ayat.5 ayat pertama merupakan wahyu pertama kali yang turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam.Jadi beliau mulai diangkat sebagai nabi dengan 5 ayat tersebut.
            Yang menunjukkan hal di atas adalah hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang disebutkan di dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim.
            Adapun ayat-ayat berikutnya turun pada beberapa masa setelah itu, sebagaimana penuturan al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah di dalam Fathul Bari (hadits no.4953).
Ayat pertama (artinya) : “Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan”.
            Perintah membaca itu bisa dari sesuatu yang tertulis dan bisa pula dari sesuatu yang dibacakan kepada seseorang lalu orang tersebut diperintah untuk menirukannya.Adapun yang dimaksud di dalam ayat ini adalah yang kedua, karena Nabi kita adalah seorang ummi (tidak bisa baca tulis).Perintah ini mengisyaratkan bahwa beliau adalah utusan yang sekedar menirukan ucapan yang bukan berasal dari dirinya sendiri, akan tetapi berasal dari Rabbnya.Hal ini ditegaskan lagi dengan kata “Rabbmu”.Dengan demikian Al Qur’an adalah wahyu Allah dan bukan buatan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang ummi dan bukan pula Jibril ‘alaihi as-Salam.
            Adapun kata “yang telah menciptakan” tanpa menyebutkan obyeknya (siapa atau apa yang diciptakan oleh Allah), maka hal itu berfaidah umum.Maksudnya : Allah yang telah menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, besar maupun kecil.
Ayat kedua (artinya) : “Yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.
            Disebutkan kata “manusia” secara khusus di ayat kedua ini setelah penyebutan secara umum di ayat pertama, sebagai bentuk pemuliaan Allah terhadap manusia.Dipilih kata “dari segumpal darah” karena segumpal darah pasti atau umumnya akan membentuk segumpal daging, terlepas apakah ia akan bisa terus hidup hingga dilahirkan ataukah gugur sebelum dilahirkan.Berbeda halnya penciptaan dengan tanah (yaitu penciptaan Nabi Adam ‘alaihi as-Salam) yang tidaklah bisa disaksikan oleh manusia, atau air mani yang kadangkala air mani pria tidaklah masuk ke rahim wanita atau masuk ke rahim tapi tidak membuahi air mani wanita hingga pada akhirnya tidak membentuk segumpal daging.Wallahu a’lam.
Ayat ketiga (artinya) : “Bacalah dan Rabb-mu Yang Maha Pemurah”.
            Kata “Yang Maha Pemurah” maknanya bisa : Allah akan membantu Nabi-Nya untuk memahami apa yang dibacakan kepada beliau, sekalipun beliau tidak bisa membaca.Bisa pula maknanya : Allah akan memaafkan ketidaktahuan hamba-Nya dan tidak bersegera menyiksanya.
Ayat keempat (artinya) : “Yang mengajari dengan perantaraan pena”.
            Ini adalah kenikmatan dari Allah.Allah memberi kenikmatan yang sangat besar berupa ilmu setelah kenikmatan yang besar pula berupa terciptanya jasad manusia.Berarti ada 2 kenikmatan besar yang Allah berikan kepada manusia, yaitu : terciptanya jasad manusia dan ilmu yang menyempurnakan penciptaan tersebut.Maka dengan ilmu ini manusia berbeda jauh dengan makhluk yang lain.
            Adapun yang dimaksud “pena” adalah tulisan dan goresan tangan.Al-Mufassir al-Qurthubi rahimahullah berkata : “Yakni : goresan tangan dan tulisan.Maksudnya : Allah mengajari manusia berupa goresan dengan pena.Said meriwayatkan dari Qatadah, beliau berkata : “Pena adalah kenikmatan yang agung dari Allah Ta’ala.Kalau saja tidak ada pena, niscaya agama tidak akan tegak dan kehidupan dunia tidak akan baik”.(Tafsir al-Qurthubi)
Ayat kelima (artinya) : “Yang mengajari manusia apa yang belum ia ketahui”.
            Ayat ini menunjukkan bahwa Allah itu memiliki ilmu.Ilmu Allah itu bersifat sempurna, ‘azali (tidak berpemulaan) dan’abadi (tidak berakhir).Sedangkan manusia pada asalnya adalah jahil (tidak memiliki ilmu sama sekali) dan ilmunya pun akan berakhir.Akan tetapi Allah tidak membiarkan manusia dalam keadaan memiliki jasad tanpa ilmu.Maka Allah ciptakan pendengaran, penglihatan dan kalbu untuk kelak dapat memahami ilmu yang Allah ajarkan.Allah berfirman (artinya) : “Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan kalian tidak mengetahui apapun.Allah pun menjadikan pendengaran, penglihatan dan kalbu bagi kalian agar kalian bersyukur”.(An Nahl : 78)
Ayat keenam (artinya) : “Benar-benar sesungguhnya manusia itu melampaui batas”.
            Namun amat disayangkan…ternyata manusia enggan bersyukur, padahal telah mendapatkan nikmat sangat besar dari Allah.Ternyata manusia memiliki tabiat buruk, yaitu melampaui batas dengan mengerjakan kemaksiatan dan mengikuti hawa nafsunya.Kapan manusia melampaui batas ? Jawabnya :
Ayat ketujuh (artinya) : “Setelah ia melihat dirinya serba berkecukupan”.
            …tatkala ia merasa serba berkecukupan.Sudah mendapatkan nikmat penciptaan jasad yang indah, ilmu yang banyak ditambah harta yang mencukupi, ternyata manusia malah melampaui batas.Bagaimana manusia bisa demikian ? Dimana pendengaran, penglihatan terlebih kalbu ? Tidakkah telinga mendengar, mata melihat dan diiringi kalbu yang merenung ?   
Ayat kedelapan (artinya) : “Sesungguhnya hanya kepada Rabbmu-lah kembalimu”.
            Allah pun mengingatkan manusia yang telah melampaui batas bahwa mereka pasti akan kembali kepada Allah.Segala kenikmatan duniawi yang telah mereka dapatkan pasti akan sirna ditelan kematian.Mereka pun akan mempertanggungjawabkan segala apa yang telah diperbuat.Semoga pendengaran, penglihatan dan kalbu mereka benar-benar masih hidup terhadap peringatan ini…
Ayat kesembilan (artinya) : “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang”.
            Maksudnya  : Bagaimana pendapatmu tentang Abu Jahl yang melarang seorang hamba mengerjakan shalat ? Al-Mufassir al-Alusi rahimahullah mengatakan bahwa tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli tafsir bahwa yang dimaksud orang yang melarang adalah Abu Jahl, dan orang yang mengerjakan shalat adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam (Lihat Tafsir al-Alusi)
            Disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Abu Jahl telah bersumpah dengan nama berhala (Latta dan ‘Uzza) untuk menginjak leher atau melumuri wajah Nabi dengan tanah jika ia melihat Nabi mengerjakan shalat.Tatkala Abu Jahl mendapati Nabi sedang shalat, maka ia menyangka dapat melakukan niat jahatnya.Akan tetapi ia ternyata mundur dan menghalangi tubuhnya dengan kedua telapak tangannya.Ia melihat ada parit api, sesuatu yang menakutkan dan sayap-sayap yang memisah antara dirinya dengan Nabi.Nabi pun menyebutkan jika Abu Jahl mendekati beliau, niscaya para malaikat akan menyambar satu per satu anggota tubuhnya (Lihat Shahih Muslim 2797).
            Hadits ini terkait ayat di atas menunjukkan kerasnya upaya Abu Jahl melakukan pelarangan.Hanya saja Allah gagalkan upaya tersebut.  
Ayat kesepuluh (artinya) : “Seorang hamba jika ia mengerjakan shalat ?”
            Hamba yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, sebagaimana telah lewat penyebutannya.Jika Nabi melakukan salah satu amalan yang paling agung, yaitu shalat, maka keinginan Abu Jahl menginjak leher Nabi atau melumuri wajah beliau dengan tanah tatkala shalat benar-benar menunjukkan kerasnya kekejian dan permusuhan Abu Jahl terhadap Nabi.
Ayat kesebelas (artinya) : “Bagaimana pendapatmu jika hamba yang dilarang itu justru berada di atas petunjuk”.
            Maksud ayat ini : Bagaimana pendapatmu, wahai Abu Jahl jika hamba yang shalat ini justru berada di atas ilmu, mengamalkan ilmunya dan kokoh di atasnya ?
Ayat keduabelas (artinya) : “Atau jika ia (juga) memerintah dengan ketakwaan ?”
            Hamba ini tidak hanya memperbaiki dirinya, tapi juga memperbaiki dirimu, wahai Abu Jahl dan juga selain dirimu.Memperbaiki dirimu dan selain dirimu agar bertakwa kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya.Apakah patut hamba yang seperti ini sifatnya, justru engkau larang dari shalat dan engkau ancam ?! Bukankah melarang hamba seperti ini justru termasuk sebesar-besar permusuhan kepada Allah dan kebenaran ?!
Ayat ketigabelas (artinya) : “Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang tadi ternyata mendustakan dan berpaling ?”
            Bagaimana pendapatmu, wahai setiap yang membaca ayat ini jika Abu Jahl ini mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan menjauh darinya ?
Ayat keempatbelas (artinya) : “Tidakkah orang ini mengetahui bahwa Allah melihat (apa yang ia perbuat) ?”
            Makna ayat ini : Tidakkah Abu Jahl mengetahui bahwa Allah melihat perbuatan dirinya, meliputi dirinya dengan ilmu-Nya dan kelak akan membalasnya di dunia maupun akherat ? Semestinya dia takut kepada kekuatan Allah dan siksa-Nya.
Ayat kelimabelas (artinya) : “Sungguh benar-benar jika orang ini tidak menghentikan perbuatannya, maka niscaya Kami (Allah) akan tarik ubun-ubunnya”.
            Demi Allah ! Jika Abu Jahl tidak menghentikan perbuatannya mengganggu Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, niscaya Allah akan menarik ubun-ubunnya dengan keras, pukulan dan ditelungkupkan di neraka pada hari kiamat.Keadaan seperti ini benar-benar merupakan kehinaan bagi Abu Jahl.
            Al-Mufassir al-Qurthubi rahimahullah mengatakan bahwa ayat ini sekalipun membicarakan Abu Jahl, namun sifatnya peringatan bagi manusia dan ancaman bagi setiap siapa saja yang mencegah diri dan orang lain dari ketaatan (Lihat Tafsir al-Qurthubi).
Ayat keenambelas (artinya) : “Ubun-ubun (orang) yang berdusta dan sengaja berbuat salah “.
            Al-Qurthubi rahimahullah menyatakan bahwasanya Abu Jahl itu berdusta dalam ucapannya dan sengaja salah dalam perbuatannya (Lihat Tafsir al-Qurthubi).
Ayat ketujuhbelas (artinya) : “Lantas silakan ia panggil golongannya (untuk menolong dirinya)“.
            Ini adalah tantangan dari Allah jika memang Abu Jahl memiliki kekuatan dan kemampuan.Silakan dia memanggil golongannya seiring dia disegani di tengah suku Quraisy dan manusia berkumpul di hadapannya.
            Al-Imam al-Alusi rahimahullah menyatakan bahwa perintah di ayat ini mengisyaratkan Abu Jahl sama sekali tidak memiliki kemampuan (Lihat Tafsir al-Alusi).
Ayat kedelapanbelas (artinya) : “Kelak Kami (Allah) akan memanggil malaikat Zabaniyah”.
            Ayat ini dan sebelumnya (ayat ke-17) memiliki sebab turun (Sabab an-Nuzul), bahwa Nabi pernah menunaikan shalat.Lantas datanglah Abu Jahl dan berkata sebanyak 3 kali : “Bukankah aku melarang kamu dari perbuatan (shalat) ini ?!” Maka Nabi berpaling darinya, namun Abu Jahl membentak beliau.Abu Jahl berkata : “Sesungguhnya engkau benar-benar tahu kalau tidak golongan yang lebih banyak dari (golongan)ku”.Lalu turunlah 2 ayat di atas.Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang meriwayatkan hadits ini mengatakan : “Demi Allah ! Kalau seandainya dia jadi memanggil golongannya, maka Zabaniyah milik Allah sungguh akan membinasakannya”.(Lihat Sunan at-Tirmidzi yang dishahihkan al-Albani dan Muqbil al-Wadi’i)
            Malaikat  Zabaniyah sendiri adalah malaikat yang bertugas menyiksa penduduk neraka.Malaikat ini sangat keras, kasar, kuat dan taat menjalankan apapun yang diperintahkan Allah Ta’ala.    
Ayat kesembilanbelas (terakhir) yang artinya : “Benar-benar jangan engkau menaati orang ini.Tetaplah engkau sujud dan dekatlah (dengan Rabbmu)“.
            Di dalam ayat ini terdapat larangan dan perintah.Larangan bagi Nabi untuk menaati Abu Jahl agar meninggalkan shalat.Perintah bagi Nabi agar terus menjalankan shalat, ketaatan lainnya dan tidak peduli terhadap tingkah laku Abu Jahl.Sesungguhnya Allah akan menjaga dan menolong Nabi-Nya.Dialah yang akan menjaga Nabi dari gangguan manusia dan Dialah sebaik-baik penjaga.
Faidah : Disunnahkan untuk melakukan sujud tilawah tatkala membaca atau mendengar ayat ini, di dalam atau di luar shalat (Lihat Shahih Muslim hadits no.578).
Wallahu a’lamu bish-Shawab
http://daarulihsan.com/tafsir-surat-al-alaq/

0 komentar:

Posting Komentar