HUKUM MEMUJI AHLUL AHWA'
🔉Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al 'Abbad al Badr hafizhahullah
Pertanyaan:
Apa hukum orang yang memuji ahlul ahwa'?
Jawaban:
Jika dia memuji mereka karena kebid'ahan mereka maka ini memuji kebatilan---wal'iyadzubillah--.
Adapun jika dia memuji mereka karena perkara itu ada pada mereka berupa seperti sifat yang terpuji, maka ini urusannya ringan, akan tetapi tidak sepantasnya memuji ahli bid'ah sebab dengan adanya pujian ini sering orang mengira bahwa urusan dan kebid'ahan mereka suatu yang remeh.
Namun jika memuji mereka atas perkara yang ada pada mereka seperti kefasihan atau retorika dan selainnya, maka dia harus mendatangkan kebalikannya dengan memperingatkan dari kebid'ahan mereka.
Hal ini seperti apa yang disebutkan ulama tentang Washil bin 'Atho' tokoh pemikiran mu'tazilah.
Dia seorang yang sangat fashih dan memiliki kemampuan merubah lafadh dengan huruf ar ra'. Karenanya dia menghindari pengucapan huruf ar ra'. Sehingga dia pernah membuat qashidah (7/10 bait syair) yang kosong dari huruf ar ra' dikarenakan kemampuannya membuat bentuk ucapan.
📀Syarh Sunan Abi Dawud 514
http://bit.ly/Al-Ukhuwwah
حكم مدح أهل الأهواء
السؤال: ما حكم من يمدح أهل الأهواء؟الجواب: إذا كان يمدحهم من أجل بدعهم فهو مدح للباطل -والعياذ بالله-، وأما إذا مدحهم لأمر هو موجود فيهم من صفات حميدة مثلاً فهذا أمره هين، ولكن لا ينبغي أن يمدح أهل البدع؛ لأنه بوجود هذا المدح قد يظنون أن أمرهم هين، وأن بدعهم هينة، وإن كان مدحهم على أمر موجود فيهم كالفصاحة أو البلاغة أو ما إلى ذلك، فعليه بالمقابل أن يحذر من بدعتهم، وهذا مثل ما ذكروا عن واصل بن عطاء المعتزلي، فقد كان فصيحاً بليغاً، وكانت عنده لثغة بالراء، لذلك كان يتجنب النطق بالراء، فكان يأتي بالقصيدة خالية من حرف الراء؛ وذلك لقدرته على صياغة الكلام.
0 komentar:
Posting Komentar