Sebelumnya akh Andik telah menyebutkan terjemahan hadits Qudsiy. Jika diteliti lebih jauh, lafadz asli “hadits” tersebut adalah sebagai berikut:
يقول الله تعالى :يا بن أدم ..عجبت لمن أيقن بالموت كيف يفرح ,وعجبت لمن أيقن بالحساب كيف يجمع المال,وعجبت لمن أيقن بالقبر كيف يضحك..وعجبت لمن أيقن بالأخرة كيف يستريح..وعجبت لمن أيقن بالدنيا وزوالها كيف يطمئن اليها ..وعجبت لمن هو عالم باللسان جاهل بالقلب ..وعجبت لمن يطهر بالماء وهو غير طاهر بالقلب ..وعجبت لمن يشتغل بعيوب الناس وهو غافل عن عيوب نفسه ..أو لمن يعلم أن الله تعلى مطلع عليه كيف يعصيه ..أو لمن يعلم انه يموت وحده ويدخل القبر وحده ..ويحاسب وحده ..كيف يستانس بالناس ..لا إله إلا أنا حقا..أن محمدا عبدي ورسولي.
Ini adalah lafadz aslinya, sedangkan terjemahannya adalah seperti yang disebutkan Mas Andik sebelumnya (*). Sehingga tidak perlu disampaikan di sini.
Di banyak situs di internet, disebutkan bahwa itu adalah ucapan al-Imam al-Ghozaliy rahimahullah. Namun, tidak ada satupun yang menyebutkan sumber ucapan beliau di dalam kitab apa. Sehingga, satu hal yang juga perlu diklarifikasi adalah: Benarkah itu ucapan al-Imam al-Ghozaliy
?
Selanjutnya, yang lebih penting dari itu adalah klarifikasi apakah hadits Qudsiy tersebut adalah shahih atau tidak. Karena jika tidak shahih, kita terancam berdusta tidak hanya atas nama Nabi, tapi juga atas nama Allah! Kita menyatakan Allah berfirman demikian, padahal sama sekali Allah tidak menyatakan demikian.
Alhamdulillah, sebagian saudara kita telah menyampaikan sebelumnya hadits tentang bahaya berdusta atas nama Nabi: silakan ambil tempat duduknya di Neraka. Lalu bagaimana lagi jika seseorang berdusta atas nama Allah. Itu adalah kedzhaliman yang sangat besar! Bahkan Allah menyamakannya dengan orang yang mendustakan ayat-ayat Allah!
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآَيَاتِهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Dan siapakah yang lebih dzhalim dibandingkan orang yang mengada-adakan kedustaan atas nama Allah atau mendustakan ayat-ayatNya. Sesungguhnya orang-orang yang dzhalim tidaklah beruntung (Q.S al-An'aam ayat 21)
Wallaahu Alam, jika dikaji dalam kitab-kitab para Ulama Ahlul Hadits tidak ditemui hadits qudsiy dengan lafadz lengkap persis seperti di atas. Yang ada adalah kutipan beberapa lafadz awal yang hampir mirip dengan itu. Namun, ternyata dalam sanad hadits itu terdapat perawi yang pendusta.
Hadits tersebut adalah:
عجبت لمن أيقن بالموت ثم هو يفرح وعجبت لمن أيقن بالنار ثم هو يضحك وعجبت لمن أيقن بالقدر ثم هو ينصب عجبت لمن رأى الدنيا وتقلبها بأهلها ثم اطمأن إليها وعجبت لمن أيقن بالحساب غدا ثم لا يعمل
Aku heran dengan orang yang yakin akan kematian kemudian dia bergembira. Dan aku heran dengan orang yang yakin dengan Neraka tapi ia masih tertawa. Aku heran dengan orang yang yakin dengan takdir tapi dia merasa capek. Aku heran dengan orang yang melihat dunia dan hilir mudik perbuatan orang-orang Ahlud Dunya kemudian ia merasa tenang dengannya. Aku heran dengan orang yang yakin akan adanya hisab besok namun ia tidak beramal dengannya
Lafadz hadits semacam ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Namun, al-Imam al-Haitsamiy yang menyusun kitab penelitian terhadap Shahih Ibnu Hibban menjelaskan adanya perawi yang pendusta dalam hadits itu. Beliau menyatakan: Di dalam hadits itu terdapat perawi yang bernama Ibrahim bin Hisyam bin Yahya al-Ghossaaniy. Abu Hatim dan Ulama yang lain mengatakan bahwa ia adalah pendusta (Mawaariduzh Dzhom-aan ilaa Zawaaid Ibn Hibban (1/54)). Ali bin al-Husain bin al-Junaid berkata: benar apa yang dikatakan Abu Hatim. Tidak boleh mengambil riwayat hadits dari orang tersebut (Lisaanul Miizan karya Ibnu Hajar al-Asqolaaniy (1/122). Abu Zurah juga mengatakan bahwa ia adalah pendusta (ad-Dhuafaa wal Matrukiin karya Ibnul Jauzi (1/59)).
Kemudian, jika seandainya benar itu adalah berasal dari tulisan al-Imam al-Ghozaliy, perlu diketahui bahwa al-Imam al-Ghozaliy melalui beberapa tahapan dalam kehidupannya. Beliau pernah terjatuh dalam Ilmu Kalaam (Filsafat) dan kebanyakan karya beliau yang beredar adalah saat beliau berada di fase ini.
Beliau dikenal berilmu dalam fiqh syafiiyyah, namun kurang dalam ilmu hadits. Kitab Ihya Ulumuddin yang dianggap sebagai karya besar beliau saja, mengandung banyak hadits lemah bahkan tidak ada asalnya. Ini berdasarkan penelitian Ulama-Ulama hadits bermadzhab Syafiiyyah setelahnya. Bahkan al-Imam Taajuddin as-Subkiy seorang Ulama Syafiiyyah, menyusun kitab Thobaqoot asy-Syafiiyyah al-Kubro dan membuat bab khusus yang isinya menulis hadits-hadits dalam Ihya Ulumuddin yang tidak ada asalnya. Tidak ada asalnya artinya dianggap hadits padahal bukan hadits Nabi, karena tidak ada sanadnya berdasarkan penelitian as-Subkiy. Sedangkan al-Hafidz al-Iraqiy menuliskan tidak kurang 40 hadits yang dhaif jiddan (sangat lemah) dalam Ihya Ulumuddin.
Demikianlah, ini sebagai penjelasan dan nasehat bagi akh Andik. Apa yang telah disampaikan ikhwah di sini sebelumnya juga adalah bentuk nasehat juga bagi antum. Jika kita menyampaikan hadits, sampaikanlah hadits yang berasal dari sumber referensi yang jelas berdasarkan Ulama Ahlussunnah. Jangan asal copy paste dari berbagai sumber yang tidak peduli dengan keshahihan hadits. Sesungguhnya kemurnian Dienul Islam ini dijaga oleh Allah, salah satunya dengan sebab adanya ilmu sanad dan periwayatan hadits. Tidak seperti agama lain yang memiliki banyak tambahan dan perubahan dalam syariat mereka karena tidak mengenal adanya sanad hadits.
Wa Billaahit Taufiq
(Abu Utsman Kharisman)
---------------
(*) Terjemahan (kiriman akh Andik) yang dimaksud adalah sbb:
Hadist Qudsy....
Allah berkata :
Aku heran pada orang yang mempercayai kematian tetapi ia bergembira....
Aku heran pada orang yang meyakini hisab tetapi mereka menumpuk harta..
Aku heran pada orang yang meyakini kubur tetapi mereka tertawa...
Aku heran pada orang yang meyakini akhirat tetapi ia bersikap santai....
Aku heran pada orang yang meyakini fananya dunia tetapi mereka merasa tenang hidup di dalamnya....
Aku heran pada orang yang pandai lisannya tetapi bodoh hatinya....
Aku heran dengan orang yang bersuci dengan air tetapi tidak suci hatinya....
Aku heran dengan orang yang sibuk dengan aib orang lain sehingga lalai dengan aib sendiri...
Sadar bahwa ALLAH SWT mengetahui gerak geriknya tetapi ia bermaksiat kepada-Nya...
Sadar bahwa ia akan mati sendiri, masuk kubur dlm keadaan sendiri, di hisab dlm keadaan sendiri, tetapi ia bergaul rapat dgn manusia...
Tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul-Ku.
•••••••••••••••••••
Majmu'ah AL ISTIFADAH
http://bit.ly/tentangwalis
▶ Telegram http://bit.ly/alistifadah JOIN
مجموعة الاستفادة
0 komentar:
Posting Komentar