〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
✏oleh : Abu Nasim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz Hafidzhahullah
📖Bagi yang menekuni dan mendalami ilmu Al Quran, tentu mengenal nama Abu Musa Al Asy’ari. Jika tidak mengenal, perlu dipertanyakan kembali tentang kesungguhannya untuk mempelajari ilmu Al Quran. Siapakah beliau sesungguhnya?
©Cukup banyak ulama yang menulis tentang Abu Musa Al Asy’ari. Di setiap karya tulis tentang sejarah, tarikh ataupun biografi tidak mungkin nama Abu Musa dilewatkan. Secara khusus, Ibnu Sa’ad dan Ibnu ‘Asakir telah mengukir dengan indah catatan kehidupan tentang Abu Musa.
✏Kajian kita tentang Abu Musa kali ini sengaja diambil dari sebuah referensi karya ulama terkemuka, ahli sejarah dan hadits, Al Imam Adz Dzahabi. Karya beliau yang berjudul Siyar A’laam An Nubala’ memang monumental. Namun tidak semua tentang Abu Musa akan kita bicarakan. Hanya yang terkait ilmu Al Quran saja.
⭕Abu Musa memiliki nama lengkap Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadhar bin Harb Al Asy’ari At Tamimi. Beliau termasuk sahabat terdekat nabi Muhammad. Perawakannya kurus, pendek dan berjanggut tipis. Asal beliau dari negeri Yaman.
💭Suatu hari Rasulullah menyampaikan kepada segenap sahabat, ”Esok hari, akan tiba serombongan orang. Hati mereka lebih lembut dibandingkan kalian di dalam menerima dakwah Islam”. Ternyata, pada hari berikutnya datanglah sekelompok orang dari suku Asy’ari. Setelah semakin dekat dengan kota Madinah, orang-orang dari Asy’ari melantunkan bait-bait syair dalam nada rajaz [1] :
Esok kita kan berjumpa kekasih / Muhammad dan pengikutnya
ⓂSetiba di kota Madinah, mereka mengajak kaum muslimin yang ada untuk berjabatan tangan. Suku Asy’ari adalah orang pertama yang melakukan dan mempopulerkan kebiasaan berjabatan tangan ketika berjumpa dengan kawan atau keluarga.
👉Rasulullah pernah mendoakan kebaikan untuk Abu Musa dalam sebuah kesempatan,
”Ya Allah, ampunilah dosa-dosa Abdullah bin Qais dan masukkanlah dia ke dalam tempat yang mulia pada hari kiamat nanti”.[2]
🅾Oleh sebab itu, Rasulullah benar-benar menaruh kepercayaan yang tinggi kepada Abu Musa dalam urusan dakwah. Sampai-sampai Abu Musa ditunjuk dan diangkat sebagai duta islam untuk beberapa wilayah di negeri Yaman. Bersama dengan Muadz bin Jabal, Abu Musa melaksanakan tugas sebagai juru dakwah dengan penuh semangat dan ketulusan.
📈Kepercayaan itu terus berlanjut sampaipun nabi Muhammad telah wafat. Terbukti dengan kepercayaan yang diberikan oleh para khalifah kepada beliau. Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan, Abu Musa memperoleh amanah untuk mengatur dan memimpin kota Kufah dan Bashrah.
〰Selama berada di dekat Rasulullah, Abu Musa benar-benar mereguk ilmu nubuwah secara berkesinambungan. Hitungan sederhananya; di dalam Shahih Bukhari dan Muslim beliau memiliki 49 hadits dari Rasulullah. Ditambah dengan empat hadits yang hanya dikeluarkan oleh Bukhari dan 15 hadits yang hanya dikeluarkan oleh Muslim.
ⓂSejarah Abu Musa di dalam disiplin ilmu Al Quran dimulai saat beliau bersemangat untuk mempelajari Al Quran secara langsung dari Rasulullah. Bakat dan kemampuan di dalam menghafal dan melantunkan ayat-ayat suci telah menarik perhatian Rasulullah. Bahkan nabi Muhammad pernah memuji keindahan suaranya,” Sungguh, Abu Musa telah mendapat kurnia dari Allah dalam bentuk keindahan suara sebagaimana keindahan suara yang pernah dimiliki oleh keluarga nabi Dawud”
🅰Bukan hanya Abu Musa yang dipuji oleh Nabi. Secara umum, suku Asy’ari memang dikenal memiliki suara emas. Rasulullah pernah bersabda,
”Sungguh, aku benar-benar bisa mengenali rombongan Asy’ari dengan suara mereka ketika mulai melantunkan Al Quran di malam hari. Aku dapat memastikan kediaman mereka di siang hari, walau sebelumnya aku tidak mengetahui, hanya dengan mendengarkan suara mereka di malam hari”[3]
📡Suara Abu Musa dalam melantunkan Al Quran memang indah dan menyenangkan. Siapapun yang mendengarkan bacaan Abu Musa pasti terdorong untuk turut menikmati dan merenungi kandungan makna di setiap ayat Al Quran. Sebab, suara indah juga faktor yang membantu untuk khusyu’.
🌌Di suatu malam, Abu Musa membaca Al Quran. Mengetahui hal tersebut, beberapa istri nabi Muhammad segera bergegas untuk mendengarkan bacaan Abu Musa. Saat pagi datang, ada yang menyampaikan kepada Abu Musa tentang perbuatan beberapa istri Rasulullah tersebut. Kata Abu Musa, ”Andai saja aku tahu, pasti akan aku tambah keindahan dan kemerduannya”[4]
⭕Jika Abu Musa datang berkunjung ke Damaskus untuk menemui Muawiyah bin Abi Sufyan, beliau memilih untuk menginap di perkampungan Damaskus. Apa yang dilakukan oleh Muawiyah di malam hari? Muawiyah keluar meninggalkan rumah menuju penginapan Abu Musa hanya untuk mendengarkan bacaan Al Quran Abu Musa.
📡Di antara kebiasaan yang dilakukan oleh Umar bin Khatab, jika bertepatan Abu Musa ada di sampingnya, Umar meminta Abu Musa untuk membacakan Al Quran. Kata Umar, ”Wahai Abu Musa, berikanlah tadzkirah untuk kami! Wahai Abu Musa, buatlah kami menjadi rindu kepada Rabb kami”. Beliau pun membacakan Al Quran.
📈Semasa masih menjadi Gubernur Bashrah, rutinitas Abu Musa untuk bertahajud tetap terjaga. Suatu malam, Abu Musa bangun malam untuk bertahajud. Keesokan harinya, ada yang menyampaikan kepada Abu Musa, ”Semoga Allah mencurahkan kemaslahatan untuk Gubernur. Andai saja Anda menyaksikan istri dan keluarga semalam turut mendengarkan bacaan Anda?”.
📡Abu Musa menjawab, ”Andai saja aku tahu,tentu aku akan semakin memperindah Al Quran dengan suaraku dan aku akan lebih memerdukannya lagi”[5]
📖Di manapun dan dalam kondisi apapun, Abu Musa tetap cinta kepada Al Quran. Tidak ada yang bisa menghalangi Abu Musa untuk membaca Al Quran.
🌌Dalam sebuah ekspedisi tempur yang dipimpin Abu Musa, pasukannya sempat beristirahat dan singgah di sebuah reruntuhan kebun. Dalam keheningan malam, Abu Musa bangun malam untuk shalat dan melantunkan Al Quran dengan indah. Di akhir tahajud Abu Musa berdoa, ”Ya Allah, Engkau adalah Dzat yang maha mengaruniakan keamanan dan Engkau mencintai hamba yang mukmin. Engkau adalah Dzat yang Maha Memelihara dan Engkau mencintai hamba yang suka memelihara. Engkau adalah Dzat yang maha memberi keselamatan dan Engkau mencintai keselamatan”[6]
💭Adz Dzahabi berkata,
”Abu Musa adalah hamba yang gemar berpuasa, shalat malam, rabbani dan ahli ibadah. Beliau telah menghimpun ilmu, amal, jihad dan kelapangan dada. Kekuasaan tidaklah mengubah kepribadian beliau. Abu Musa juga tidak terpengaruh oleh dunia.”
📖Ketawadhuan Abu Musa juga nampak dari rutinitas beliau setiap kali selesai shalat shubuh. Beliau mentalqinkan Al Quran orang per orang secara berbaris-baris setelah selesai shalat shubuh.
💦Dan usia manusia sudah ditentukan. Bulan Dzulhijjah tahun 44 H Abu Musa meninggal dunia. Namun, ada pelajaran penting yang mesti kita cermati dari seorang Abu Musa Al Asy’ari. Apakah itu?
💭Abu Utsman An Nahdi bertutur,
”Jika Abu Musa menjadi imam shalat, kami sebagai makmum sangat berharap agar Abu Musa membaca saja surat Al Baqarah karena keindahan suaranya”
Subhanallah!
👉Lalu, apakah Anda termasuk orang yang bisa menghibur dan menyenangkan orang lain dengan membaca Al Quran? Atau ada orang yang merasa terganggu dengan bacaan Al Quran Anda? Atau mungkin Anda sendiri yang jarang membaca Al Quran?
⚠Ingat… bulan ini adalah bulan Ramadhan! Jangan lewatkan Ramadhan kali ini tanpa mengkhatamkan Al Qur’an !
☝Wallahu a’lam
©Catatan kaki :
[1] Salah satu pola syair dalam bahasa arab
[2] Al Bukhari 8/35
[3] Al Bukhari dan Muslim
[4] Ibnu Sa’ad 4/108
[5] Ibnu Sa’ad 2/344-345
[6] Ibnu ‘Asakir 532-533
🌏ibnutaimiyah.org
Dipublikasikan oleh :
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
🔑🏡Miftah Daaris Sa'adah🏡
🔐🏡 مفتاح دار السعادة
✆ WA Lintas Ilmu Shiyam ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
🛅➠http://walis-net.blogspot.
0 komentar:
Posting Komentar