USTADZ LUQMAN DALAM INCARAN LA’ABIYUN, SERI 5: DUA MUKA MLM DALAM MENGHADAPI PARA PEMBELA SYAIKH HANI BURAIK HAFIDZAHULLAH

Posted On // Leave a Comment
USTADZ LUQMAN DALAM INCARAN LA’ABIYUN, SERI 5: DUA MUKA MLM DALAM MENGHADAPI PARA PEMBELA SYAIKH HANI BURAIK HAFIDZAHULLAH

Ocehan mLm:
USTADZ LUQMAN DALAM INCARAN LA’ABIYUN, Seri 5 DUA MUKA mLm dalam menghadapi para Pembela Syaikh Hani Buraik Hafidzahullah




3. Syubhat Ketiga yang mereka lancarkan:

Juga, yang aku ketahui tentang para pelaku makar dikalangan mLm, dan asy-Syaikh Hani adalah salah satu dari target bidikan mereka – dan tatkala ada salah seorang murid dekat beliau bersaksi – Bahwa beliau (asy-Syaikh Hani) tidaklah berbicara, tidak keluar, dan tidak pula masuk, kecuali bedasarkan MUSYAWARAH dengan KIBARUL ‘ULAMA, seperti asy-Syaikh Rabi, dan asy-Syaikh ‘Ubaid. Sampai-sampai urusan safar-safarnya juga di bawah MUSYAWARAH dengan para ‘ulama tersebut. Demikian pula durus beliau di luar Saudi, beliau diutus oleh asy-Syaikh Al-‘Allamah Rabi. Ini cukup sebagai kebanggaan bagi beliau, yaitu bahwa beliau BERJALAN BERSAMA ‘ULAMA KIBAR.”

kemudian  mereka mencibirnya walaupun yang mereka dengar adalah Al Haq:

1. Memang sepak terjang kaum mLm telah Ustadz Luqman Ba’abduh peringatkan kepada Salafiyyin di Indonesia. Sangat lucu dan memalukan tingkah laku mereka, perhatikanlah isi syubhat ketiga ini dengan baik. Mereka menolak mentah-mentah pujian dari murid Syaikh Hani Buroik kepada beliau, akan tetapi mereka jadikan persaksian tersebut sebagai dalil KLAIM MEREKA BAHWA MEREKA SEMANHAJ DENGAN SYAIKH RABI DAN SYAIKH UBAID DALAM HAL TAZKIYAH BELIAU BERDUA KEPADA SYAIKH HANI  , sedangkan banyaknya murid-murid Dzulqornain yang membela ustadznya mereka tuntutkan kepada Ustadz Luqman Ba’abduh untuk menerima pembelaan itu, maka saya katakan bahwa bukan Ustadz Luqman dan Asatidzah lainya yang menolak pembelaan muqalid-muqalid Dzulqarnain tersebut, tetapi Dzulqarnain sendiri yang menolaknya (meskipun kemudian dia bertalawwun), Bahkan hingga sekarang Syaikh Rabi’pun belum mencabut Tahdzir Beliau kepadanya !!!!!!!, jelas beda seperti siang dan malam diantara keduannya

2. Mereka mengatakan bahwa yang  merekomendasi Syaikh Hani Buroik adalah Muridnya, KENAPA MEREKA TIDAK MENYEBUTKAN PULA BAHWA SYAIKH RABI’ DAN SYAIKH UBAID TELAH MEREKOMENDASI SYAIKH HANI ? Nah inilah bisa diterima dari peringatan yang disampaikan Ustadz Luqman Ba’abduh  dan Asatidzah lainnya kepada umat tentang bahaya mutalawwin, la’aab, dan makirnya mereka, maka sudah tentu lebih pantas jika DUA orang ULAMA KIBAR , yang seharusnya mereka TAMPILKAN rekomendasinya kepada Syaikh Hani dari pada muridnya kan? tetapi mereka menampilkan nama Mahmud bin Hasan La’man kemudian mereka sebut telah merekomendasi Syaikh Hani tidak lain tidak bukan untuk mengelabuhi umat agar terkesan Syaikh Hani hanya direkomendasi oleh seorang yang bukan Ulama…mereka berbuat kecurangan dua kali:

  1. Mereka menyembunyikan Tazkiyah Ulama Kibar kepada Syaikh Hani

    (meskipun untuk kepentingan makarnya yang lain mereka menggunakannya sebagai dalil)

  2. Mereka mengalihkan makna persaksian sebagai rekomendasi. Kita lihat bahwapersaksian Mahmud bin Hasan La’mam kepada Syaikh Hani bukanlah dalam kontek Sebuah Rekomendasi (Tazkiyah) sebagaimana hak seorang Ulama Kibar ketika mentazkiyah ulama yang lainnya  untuk disampaikan kepada umat berkenaan dengan Ilmu yang akan diajarkannya. Melainkan  persaksiantersebut adalah dalam  rangka pembelaan terhadah Syaikh Hani sekaliguspersaksian tentang kebenaran jawaban dari Syaikh Hani sebagai pihak yang dituduh,  padahal ia mengetahui bahwa yang dituduh (Syaikh Hani) tersebut tidak bersalah. Maka jikalau tidak karena tuduhan tersebut tentunya beliau tidak akan berbicara tentangnya.

    Kita lihat mereka mengambil permisalan tentang kasus Dzulqornain hadahullah, mereka membawa-bawa rekomendasi dari Al-‘Allamah Asy-Syaikh DR. Shalih Al-Fauzan hafidzahullah sebagai senjata, tapi itu adalah siasat mereka sebagaimana mereka meniru kaum hizbiyyin tatkala mereka bersembunyi kepada Ulama tatkala Ulama yang lainnya telah mentahdzirnya. Itulah kenapa Ustadz Luqman Ba’abduh senantiasa mengingatkan kita terhadap bahwa mutalawwinnya mereka. Mengapa mereka menuntut Ustadz Luqman untuk menerima tipu muslihat tersebut? bahkan terus-menerus menuduh Beliau telah menyudutkan dan menjatuhkan kehormatan Dzulqornain -hadahullah-, padahal Dzulqarnain sendiri yang telah mengatakan berlepas diri terhadap perkataan yang menuduh Ustadz Luqman benar-benar manhaj bunglon yang sangat menjijikkan!

JANGAN TERTIPU SEMATA-MATA DENGAN PUJIAN ULAMA KEPADA SESEORANG

Asy-Syaikh Muhammad bin Hady hafizhahullah:“Apa yang kita lakukan terhadap orang membawa tazkiyah sebagian ulama karena berbaik sangka kepadanya, atau karena dia menulis sebuah makalah yang membantah salah seorang ahli bid’ah, hanya saja perbuatannya tidak sesuai dengan tazkiyah ini berupa kedustaan, mencela Salafiyun dan menyerang mereka dengan kata-kata yang buruk, bahkan berdusta kepada sebagian ulama dan seterusnya. Maka apa yang harus dilakukan terhadap orang yang seperti ini keadaannya?”

Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah Al-Jabiry hafizhahullah:

“Saya katakan: para ulama Ahlus Sunnah dan para imam mereka tidak mendapatkan wahyu yang turun dari langit, bahkan mereka hanya sebatas mentazkiyah pihak yang mereka tazkiyah berdasarkan As-Sunnah yang dia tampakkan, membelanya dan membela orang-orang yang berpegang teguh dengannya, menyebarkan kitab-kitab As-Sunnah serta membantah orang-orang yang menyelisihi kebenaran. Berdasarkan inilah mereka mentazkiyahnya sebatas apa yang dia nampakkan. Jadi, jika dia menyimpang, bersikap buruk terhadap Ahlus Sunnah, berloyalitas kepada ahli bid’ah serta membela mereka, maka Ahlus Sunnah pun akan menyikapinya dengan cara yang sesuai terhadapnya. Ini bukan hal yang aneh. Asy-Syafi’iy rahimahullah dahulu mentazkiyah Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya dan beliau mengatakan: “Telah menceritakan kepadaku orang yang terpercaya.” Namun para ulama selain beliau menjarhnya. Al-Imam Malik rahimahullah ditanya tentang Ibrahim ini: “Apakah dia terpercaya?” Beliau menjawab: “Tidak, demikian juga agamanya.” Jadi tazkiyah Asy-Syafi’iy rahimahullah tidak merugikan beliau. Asy-Syafi’iy adalah seorang imam menurut kita dan menurut siapa saja dari ummat Islam dan Ahlus Sunnah yang mengetahui keutamaan beliau. Hanya saja tazkiyah beliau tidak ada gunanya bagi Ibrahim bin Abi Yahya, karena para ulama menjarhnya. Dan kaedah yang diterapkan dalam hal ini adalah bahwa siapa saja yang mengetahui maka dia merupakan hujjah atas pihak lain yang tidak mengetahui.”

MAKA, TAZKIYAH SYAIKH FAUZAN KEPADA DZULQARNAIN, TELAH DZULQARNAIN BANTAH DAN GUGURKAN SENDIRI DENGAN DIA MENERIMA TAHDZIR DARI SYAIKH RABI’, DAN BELUM DICABUT TAHDZIR TERSEBUT HINGGA DIA BERTAUBAT KEPADA ALLAH, DAN MENAMPAKKAN KEBAIKANNYA. AKAN TETAPI NYATANYA DIA JUSTRU SEMAKIN JAUH DARI TAUBATNYA, DAN BENARLAH FATWA SYAIKH RABI BAHWA DIA ADALAH LA’AAB. NYATA PULA BAHWA PEMBELAAN MEREKA TERHADAP DZULQARNAIN ADALAH PEMBELAAN BATHIL. SEDANGKAN PEMBELAAN MURID SYAIKH HANI KEPADA BELIAU, TELAH DIPERKUAT TAZKIYAH DUA ULAMA KIBAR KEPADA SYAIKH HANI. ADAPUN TENTANG TAHDZIR ULAMA YAMAN KEPADA BELIAU TELAH DIBANTAH DALAM FORUM DISKUSI YANG DISELENGGARAKAN DI SOLO Senin, 28 Rabi’ul Awwal 1436H /19 Januari 2015M

Di sisi lain, mereka SELALU mempermasalahkan siapa murid Syaikh Hani Buroik yang bernama Mahmud bin Hasan La’mam karena menurut mereka tidak ada yang mengenalnya? NAMUN mereka tidak pernah mempermasalahkan KEDUSTAAN MEREKA KEPADA SYAIKH HANI, dan tentunya tidak tiba-tiba saja nama Mahmud bin Hasan La’mam ini muncul membela sosok sang Guru yang beliau kenal yaitu Syaikh Hani Buroik yang telah dituduh dengan tuduhan DUSTA oleh para mLm. Sedangkan mengkaitkan tahdzir tujuh ulama Yaman kepada Syaikh Hani dengan keberadaan Mahmud bin Hasan La’aman, sama sekali tidak relefan ibarat mereka MEMAKAI CELANA DI KEPALA, tetapi karena kebetulan mencocoki hawa nafsu mereka untuk membidik Ustadz Luqman Ba’abduh dan Asatidzah lainnya, maka langsung saja mereka posting di website fitnah mereka di BLOG  P**IT*_***NAH.

Pertanyaan Besar untuk mereka:

  • Siapa yang mengatakan bahwa Mahmud bin Hasan La’maam adalah seorang Ulama yang akan diambil Ilmunya ? andaipun cuma ini saja kedustaan yang mereka lakukan, sudahlah cukup untuk dalil saya meminta pertanggung jawaban mereka di hadapan Allah kelak. Sekali lagi bahwa kalian adalah seorang pendusta.

  • Lalu jikalau Syaikh Hani mendapatkan  tuduhan dan tuduhan itu terbukti palsu (tidak ada bukti), dan dusta (terbongkar kedustaannya), kemudian   datang Mahmud  bin Hasan mempersaksikan tentang kelurusan dakwah Syaikh Hani, salahkah apabila kita membenarkan perkataannya? dan siapa yang diwajibkan terlebih dahulu menghadirkan bukti dari keduannya ???? tentunya orang-orang yang baik fitrahnya akan  bisa menjawabnya bahwa sang penuduh wajib mambawakan bukti, Sungguh tuduhan mereka kepada Ustadz Luqman Ba’abduh yang mereka  katakan mengambil kepada yang mencocoki hawa nafsunya saja, telah menjadi bumerang baginya. karena begitu mereka tahu persaksian  Mahmud  bin Hasan tidak mencocoki hawa nafsu mereka, langsung saja mereka buang begitu saja

Kenapa Mahmud bin Hasan La’mam ini, mereka permasalahkan dan begitu bersemangat untuk mereka mencelanya ? Ya, karena mereka tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Syaikh Rabi dan Syaikh Ubaid tatkala beliau berdua membersihkan nama Syaikh Hani Buroik dari tuduhan dusta tersebut? maka satu-satunya yang bisa mereka jadikan sasaran bidikan adalah Mahmud bin Hasan La’man. Tatkala muncul persaksian Mahmud bin Hasan La’man, Mereka segera unjuk gigi untuk rame-rame melawannya persis seperti sloganya LDII (kebo-kebo maju, barongan-barongan mundur), saat berhadapan dengan ulama mereka menampakkan warna kalem, namun saat berhadapan dengan orang yang mereka anggap biasa-biasa saja, mereka berubah warna menjadi warna menyala tanda perlawanan

Ini menunjukkan bahwa Jum’iyyah mereka anggap bermasalah, karena berdalil dengan kebencian mereka terhadap Syaikh Hani. jika disebutkan  dahulu Syaikh bin Baz dan Syaikh Utsaimin ikut berperan aktif dalam menggiatkan dan mendukung lembaga ini ternyata mereka bungkam tidak ada yang berani berkata bahwa BELIAU BERDUA berada dilembaga ini, kalau memang mereka yakin bahwa lembaga ini bermasalah. Kita semua paham bahwa bidikan mereka adalah Syaikh Hani Buroik, maka beliau yang mereka tikam. Sedangkan berlepas dirinya beliau adalah dari tuduhan dusta mereka yang mengatakan bahwa beliau berteman dengan Hizbiyyin, dan hal tersebut sebagaimana Syaikh Rabi dan Syaikh Ubaid telah membersihkan nama beliau, begitu pula persaksian yang lurus melalui murid beliau.

Pada Saat yang sama saat celaan kepada ustadz Luqman Ba’abduh terus mengalir deras, ditambah  saat ada persaksian dari orang mengakui kalau dirinya bekerja di Jum’yyah tersebut, semakin membuat mereka mendapat tambahan senjata untuk mereka hunjamkan kepada Ustadz Luqman. Tentunya saya sangat yakin bahwa mereka mengetahui keberadaan Mahmud  bin Hasan La’mam yang berkeja di lembaga pemerintah tersebut, tidak lain dan tidak bukan karena informasi yang disampaikannya. Maka seharusnya sebelum mereka menanyakan kenapa Ustadz Luqman menerima persaksian Mahmud Bin Hasan La’man, seharusnya mereka tanyakan terlebih dahulu pada diri mereka mengapa mereka menerima persaksian Mahmud bin Hasan La’man tentang kebenaran perkataan Syaikh Hani, kemudian mereka jadikan dalil DALAM RANGKA MEREKA MENGKLAIM KESAMAAN MANHAJ DENGAN SYAIKH RABI’ DAN SYAIKH UBAID DALAM HAL TAZKIYAH BELIAU BERDUA KEPADA SYAIKH HANI ? dan barangkali dari pertanyaan tersebut mereka akan mendapat jawabannya.

Sedangkan julukan-julukan yang mereka kumandangkan semisal  “kaidah burung” kita tidak perlu menaggapi karena kelakar mereka telah kebablasan, dan bisa saja mereka terjatuh dalam pencelaan Syari’at, maka cukuplah kita memohon Kepada Allahu Rabbul Alamin untuk menjauhkan diri-diri kita dari perbuatan semisal perbuatan mereka.

Dari sini juga kita bisa ketahui bahwa mereka gagal dalam menuduh Syaikh Hani Buroik, kemudian beralih mereka menghardik muridnya, mereka menghendaki orang yang bekerja di lembaga milik pemerintah agar tidak perlu menjadi “salafy sejati”, tetapi sembunyi-sembunyi mereka menjadikan persaksian murid Syaikh Hani tersebut sebagai salah satu batu pijakan agar dipandang semanhaj dengan Syaikh Rabi dan Syaikh Ubaid padahal mereka menuduhnya telah bekerjasama dengan tokoh Ikhwanul Muslimin, bahkan Syaikh Hani Buroik mereka anggap gagal mendidik anaknya karena rela dan ridho anaknya di gembleng dan didik dibawah asuhan Jum’iyyah yang bekerjasama dengan tokoh Ikhwanul Muslimin.

Namun ketika Syaikh Hani mempersaksikan bahwa “Di antarapara musyrifin (pengasuh) lembaga tersebut adalah ASY-SYAIKH BIN BAZ dan SYAIKHUNA AL-‘UTSAIMIN -rahimahumallah – Beliau berdua berperan aktif untuk menggiatkan dan mendukung lembaga tersebut.”

tiba-tiba merekapun menjadikannya salah satu dalil klaim mereka bahwa mereka berjalan di manhajnya Syaikh Rabi dan Syaikh Ubaid Hafidzahumallah

Masih segar dalam ingatan kita bagaimana sepak terjang Yahya Al-Hajury dan pengikutnya, di mana bermunculan orang-orang majhul dari kalangan pengikutnya yang membelanya. Pada hari ini, saya saksikan, kembali tuduhan dilemparkan kepada Ustadz Luqman Ba’abduh, datang dari orang-orang majhul. Beliau dituduh mewarisi perbuatanYahya Al Hajury. Sebuah tuduhan yang tidak mendasar sama sekali dan saya katakan bahwa mereka BERDUSTA. Justru  mereka yang taqlid dengan  kesalahan-kesalahan  yang dilakukan Dzulqarnain dan kemudian membelanya mati-matian adalah orang-orang yang mawarisi thabi’at Hajuriyun. semisal, Siapa Tedo Hartono ? tidak ada yang mengenalnya kecuali setelah fitnah tersulut. Dimana mereka ? ketika Yahya Al hajury mencela habis-habisan Ulama Yaman, di mana mereka ? ketika Yahya Al Hajury mencela Syaikh Ubaid, dimana mereka? ketika Ustadz Luqman dengan segala daya dan keringatnya untuk  membela Ulama

Bahkan ketika Ustadz Luqman mengisi Muhadharah dengan tema Mengupas Tuntas Fitnah Sururiyyah dan Hajuriyyah, DI MANA MEREKA WAKTU ITU ??????????

Sungguh menakjubkan Al Haq mengungkap kelicikan mereka, semoga Allah Ta’aala membongkar makar mereka. Allahul Musta’aan.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.Insya Allah bersambung

_______________________
Jogjakarta, 14 Rabi’ul Akhir 1436

abu shamil

0 komentar:

Posting Komentar