Minggu, 31 Juli 2016

Kajian Fiqh: Najis dan Cara Menghilangkannya (bag ke-3)

📝💐Kajian Fiqh: Najis dan Cara Menghilangkannya (bag ke-3)

✅Bagaimana Cara Menghilangkan Najis?

Jawab : Cara menghilangkan najis adalah dengan berupaya menghilangkan warna, rasa, dan bau najis tersebut dengan berbagai media yang memungkinkan. Paling utama dengan air. Namun, jika masih tersisa warna atau sedikit baunya (setelah melalui upaya maksimal), maka yang demikian dimaafkan. Sebagaimana Khaulah bintu Yasar pernah bertanya kepada Nabi tentang cara membersihkan pakaian yang terkena darah haidh, Nabi bersabda:

يَكْفِيكِ الْمَاءُ وَلَا يَضُرُّكِ أَثَرُهُ

Cukup bagimu (membersihkan) dengan air dan tidak mengapa (jika masih tersisa) bekasnya (H.R Abu Dawud, dihasankan  Syaikh al-Albany -sanad hadits lemah namun ada penguat dari jalur lain secara mursal riwayat alBaihaqy)

✅Jika Suatu Benda Terkena Najis, dan Dibiarkan Hingga Kering dan Tidak Nampak Lagi Tanda Najis, Apakah Menjadi Suci?

Jawab : Ya, jika suatu benda yang sebelumnya terkena najis, kemudian secara alamiah hilang warna, rasa, dan bau najis tersebut karena angin, panas matahari, dan sebab-sebab yang lain, maka najisnya juga telah hilang. Pada masa Nabi kadangkala anjing berkeliaran dan kencing di luar masjid, kemudian sisa pijakan kaki-kaki anjing itu dibiarkan saja.

كَانَتِ الْكِلَابُ تَبُولُ وَتُقْبِلُ وَتُدْبِرُ فِي الْمَسْجِدِ فِي زَمَانِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَكُونُوا يَرُشُّونَ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ

Dahulu anjing-anjing kencing (di luar masjid) kemudian berlalu-lalang di dalam masjid pada zaman Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dan para Sahabat sama sekali tidak memerciki tempat yang dipijak oleh anjing itu dengan air (H.R alBukhari dari Ibnu Umar)

(Buku 'Fiqh Bersuci dan Sholat', Abu Utsman Kharisman, Penerbit Cahaya Sunnah Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar