HUKUM MENYATAKAN INSYAALLAH DALAM MENETAPKAN KEIMANAN

Posted On // Leave a Comment

📝 Fawaid Aqdiyyah

💎 HUKUM MENYATAKAN INSYAALLAH DALAM MENETAPKAN KEIMANAN

Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin rahimahullah

❓ Tanya :
Apa hukum menyatakan "insyaAllah" dalam menetapkan keimanan, seperti perkataan seseorang : "Saya beriman, insya Allah"?

✅ Jawab :
Perkataan seseorang "Saya beriman, insyaAllah." Jika maksudnya adalah :
🔹 mengharap keberkahan dengan kalimat tersebut,
🔹 atau maksudnya "keimananku terjadi dengan kehendak Allah",
maka keduanya dibenarkan. Tidak ada masalah padanya, dan ini dibolehkan.

☝️ Tetapi jika maksudnya adalah ia ragu, seperti ketika dikatakan kepadanya : "Apakah engkau beriman?", kemudian dijawab : "InsyaAllah" maksudnya ia ragu. Mungkin ia beriman atau mungkin juga tidak. Maka ucapan ini adalah kekufuran yang mengeluarkannya dari Islam. Mengapa? Karena ragu dalam keimanan bukanlah kimanan, dikarenakan Iman itu adalah kemantapan. Ini tentunya pada kaitannya dengan aqidah iman.

☝️ Adapun pada kaitannya dengan amalan, maka amal itu juga bagian dari iman, berdasarkan sabda Nabi ﷺَ :

"Iman memiliki tujuh puluh sekian cabang, yang paling tingginya adalah ucapan : La ilaha illallah (tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah), dan yang paling rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu termasuk bagian dari iman."

Adapun jika yang dimaukan dengan iman pada ucapan tersebut adalah amalan. Lalu ia berkata : "Saya beriman, insyaAllah." Maksudnya  "Saya adalah orang yang berupaya mengamalkan semua cabang keimanan", maka seperti ini juga dibenarkan, karena tidaklah setiap orang yang beriman mampu menegakkan seluruh syariat yang ada.

📚 Liqa' Al-Babu Al-Maftuh [208]

--------

حكم الاستثناء في الإيمان

السؤال:
ما حكم الاستثناء في الإيمان, كأن يقول إنسان: أنا مؤمن إن شاء الله؟

الجواب:
قول الإنسان: أنا مؤمن إن شاء الله, إن كان قصده بذلك التبرك، أو أن إيماني وقع بمشيئة الله فهذا حق, ولا إشكال فيه، جائز, وإن كان متردداً بأن قيل له: أنت مؤمن؟ قال: إن شاء الله; أي: أنه متردد. قد يكون وقد لا يكون، فهذا كفر مخرج عن الملة. لماذا؟ لأن التردد في الإيمان ليس بإيمان. إذ أن الإيمان هو الجزم، هذا بالنسبة لعقيدة الإيمان. أما بالنسبة للأعمال فالأعمال من الإيمان; لقوله عليه الصلاة والسلام: «الإيمان بضع وسبعون شعبة أعلاها قول: لا إله إلا الله, وأدناها إماطة الأذى عن الطريق, والحياء شعبة من الإيمان» إن كان قصده الأعمال، وقال: أنا مؤمن إن شاء الله بمعنى أنني مقيم لجميع خصال الإيمان, فهذا أيضاً صحيح. ليس كل إنسان مؤمن ويقوم بجميع الشرائع.

المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [208]

رابط المقطع الصوتي
http://zadgroup.net/bnothemen/upload/ftawamp3/od_208_03.mp3

📝 Oleh tim salafy Cirebon
📮 Jum'at,19 Robiul Awwal 1439/ 08 Desember 2017

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

💎 Salafy Cirebon
http://www.salafycirebon.com
📲 Channel Telegram
http://bit.ly/salafycirebon

🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹

0 komentar:

Posting Komentar