ILMU ADALAH NUKILAN YANG TERPERCAYA DAN PEMBAHASAN YANG TELAH DITAHQIQ (DIVERIFIKASI)

Posted On // Leave a Comment

💐📝ILMU ADALAH NUKILAN YANG TERPERCAYA DAN PEMBAHASAN YANG TELAH DITAHQIQ (DIVERIFIKASI)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:

إنَّ الْعِلْمَ مَا قَامَ عَلَيْهِ الدَّلِيلُ وَالنَّافِعُ مِنْهُ مَا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ فَالشَّأْنُ فِي أَنْ نَقُولَ عِلْمًا وَهُوَ النَّقْلُ الْمُصَدَّقُ وَالْبَحْثُ الْمُحَقَّقُ فَإِنَّ مَا سِوَى ذَلِكَ - وَإِنْ زَخْرَفَ مِثْلَهُ بَعْضُ النَّاسِ - خَزَفٌ مُزَوَّقٌ وَإِلَّا فَبَاطِلٌ مُطْلَق

Sesungguhnya ilmu adalah yang didasari oleh dalil. Ilmu yang bermanfaat adalah yang berasal dari (ajaran) Rasul. Sesuatu (layak) dikatakan sebagai ilmu (jika berupa) penukilan yang terpercaya dan pembahasan yang ditahqiq (telah terverifikasi). Sedangkan yang selain itu – meski sebagian manusia berusaha memperindahnya – adalah sesuatu yang robek dan berantakan (tidak bisa diambil faidah, pent). Kalau bukan seperti itu (bukan nukilan yang benar atau pembahasan yang ditahqiq) itu adalah kebatilan yang mutlak (Majmu’ Fataawaa Ibn Taimiyyah (6/388))

Beliau juga menyatakan:

وَالْعِلْمُ شَيْئَانِ إِمَّا نَقْلٌ مُصَدَّقٌ وَإِمَّا بَحْثٌ مُحَقَّقٌ وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهَذَياَنٌ مَسْرُوْقٌ وَكَثِيْرٌ مِنْ كَلاَمِ هَؤُلَاءِ هُوَ مِنْ هَذَا اْلقِسْمِ مِنَ الْهَذَيَانِ وَمَا يُوْجَدُ فِيْهِ مِنْ نَقْلٍ فَمِنْهُ مَا لَا يُمَيَّزُ صَحِيْحُهُ عَنْ فَاسِدِهِ وَمِنْهُ مَا لَا يُنْقَلُهُ عَلَى وَجْهِهِ وَمِنْهُ مَا يَضَعُهُ فِي غَيْرِ مَوْضِعِهِ

Ilmu adalah 2 hal. Bisa berupa penukilan yang benar atau pembahasan yang telah ditahqiq (dikaji mendetail dan diverifikasi). Selain hal itu adalah igauan yang dicuri. Kebanyakan ucapan mereka (orang yang menyimpang) adalah termasuk jenis ini. Termasuk igauan yang tidak didapatkan adanya nukilan (dalil). Ada juga yang tidak bisa membedakan mana yang shahih dengan mana yang rusak (lemah atau palsu, pent). Ada juga yang menukil (dalil) namun nukilannya tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Ada juga yang meletakkan (dalil/nukilan) bukan pada tempatnya (arRaddu ‘alal Bakriy (2/729))

Beliau menyatakan pula:

...احتجاج النصارى وأمثالهم وأهل الضلال المخالفين للأنبياء وأئمة الهدى كما قال تعالى { قل يا أهل الكتاب لا تغلوا في دينكم غير الحق ولا تتبعوا أهواء قوم قد ضلوا من قبل وأضلوا كثيرا وضلوا عن سواء السبيل } فلا نقل مصدق ولا بحث محقق بل هذيان مزوق يروج على هذا وأمثاله من الجهال الذين لا يعرفون دين المسلمين في هذه المسألة وأمثالها ولا يفرقون بين عبادة الرحمن وعبادة الشيطان ولا بين الأنبياء والمرسلين أهل التوحيد والإيمان وبين أهل البدع المضاهين لعباد الصلبان

Hujjah yang disampaikan kaum Nashara dan yang semisal dengan mereka seperti kelompok yang sesat yang menyelisihi para Nabi dan Imam-Imam yang mendapat petunjuk, adalah sebagaimana firman Allah Ta’ala:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Katakanlah: Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian bersikap melampaui batas dalam agama kalian, bertindak tidak secara benar. Janganlah pula kalian mengikuti hawa nafsu suatu kaum yang telah sesat sebelumnya dan banyak menyesatkan orang lain. Mereka telah sesat dari jalan yang lurus (Q.S al-Maaidah ayat 77)
Tidak ada penukilan yang terpercaya, tidak pula pembahasan yang ditahqiq. Justru yang ada pada mereka adalah igauan yang rusak yang disebarluaskan oleh orang-orang semacam itu seperti orang-orang bodoh yang tidak mengenal agama kaum muslimin dalam permasalahan ini maupun yang lainnya. Mereka juga tidak bisa membedakan antara peribadatan kepada arRahmaan dengan peribadatan kepada Syaithan. Tidak bisa membedakan antara (ajaran) para Nabi dan Rasul, orang-orang yang mentauhidkan Allah dan beriman, dengan Ahlul Bid’ah yang berusaha menyaingi para penyembah salib (arRaddu ‘alal Akhnaa-‘iy (1/154))

📋*Catatan:*

Banyak orang terkesima dengan penyampaian ceramah dari seseorang yang memukau. Pandai beretorika. Intonasinya menghanyutkan. Namun, sebenarnya isi materi yang disampaikan bukanlah ilmu.

Kering dari hujjah dan dalil. Kalaupun ada yang dijadikan dalil, haditsnya lemah atau palsu. Atau ada yang membawakan ayat, hadits, atau ucapan Ulama, namun ditempatkan bukan pada tempatnya. Pada hakikatnya itu hanyalah “igauan yang dicuri”.

Ilmu adalah yang berupa 2 hal. Bisa dalam bentuk nukilan yang terpercaya, atau pembahasan yang telah ditahqiq, sudah diverifikasi sebagai kesimpulan yang benar.

Suatu hadits yang bukan diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, memerlukan penelitian Ulama tentang keshahihannya. Jika dinilai oleh Ulama hadits yang berkompeten di bidangnya sebagai sesuatu yang shahih, itu menjadi nukilan yang terpercaya.

Demikian pula jika menukil ucapan para Sahabat atau Ulama setelahnya, perlu diperjelas dari mana sumber ucapan tersebut dinukil. Apakah riwayatnya shahih atau tidak. Atau sekedar nukilan yang tidak jelas sumbernya.

Ilmu adalah pembahasan yang telah ditahqiq. Artinya, ia telah diverifikasi menjadi suatu kesimpulan atau kaidah yang benar oleh Ulama Ahlussunnah yang ahli di bidang itu. Kita tidak bisa menggabungkan dalil dan hujjah sendiri kemudian menyimpulkan pula sendiri . Perlu bimbingan Ulama dalam memahami dalil-dalil itu, mengkompromikannya, dan menjadikan kesimpulan yang bisa diambil sebagai pelajaran/ faidah.

(Abu Utsman Kharisman)

💡💡📝📝💡💡
WA al I'tishom

0 komentar:

Posting Komentar